Berburu memanglah sulit jika kau belum terbiasa, sama sepertiku yang baru saja belajar hal baru.
Ayahku meninggal satu bulan yang lalu, sehingga sekarang ibuku yang harus menafkahi keluarga kecil kami dengan berburu hewan. Aku sebagai anak tentu merasa kasihan dan memutuskan untuk belajar berburu agar bisa menafkahi ibuku dan diriku.
Tentu, ibuku ikut denganku untuk mengawasiku karena ini adalah hari pertamaku berburu.
Sesampainya di hutan, ibuku mengajariku menggunakan senapan. Warna langit yang awalnya biru perlahan berubah menjadi oranye, menandakan waktu yang sebentar lagi akan malam. Aku sangat sedih karena masih belum bisa menggunakan senapan. Ibuku hanya meminta untuk bersabar, ini juga baru pertama kalinya aku belajar, jadi wajar saja.
Seperti hari-hari sebelumnya, aku pergi ke hutan untuk berburu, lebih tepatnya berlatih menggunakan senapan. Yang berbeda hanyalah hari ini ibuku tidak bisa ikut karena banyak pekerjaan rumah.
Aku kemudian bersiap-siap pergi ke hutan. Setelah semuanya siap, aku pun berjalan setengah berlari.
“Jika hari sudah sore, maka pulanglah segera,” itulah yang ibu katakan kepadaku sebelum aku pergi.
Waktu terus berjalan dan hari semakin sore, tetapi satu hewan pun belum kudapat. Aku tidak menyerah begitu saja, tanpa sadar ternyata langit sudah gelap. Aku sangat sedih, karena malam ini aku dan ibuku tak bisa makan. Aku pun bersiap ingin pulang ke rumah. Tiba-tiba, semak yang tidak terlalu jauh dariku bergerak. Aku pun sangat senang karena di balik semak itu pasti ada hewan.
Aku segera mengambil senapan dan membidiknya ke arah semak itu. Aku berpikir bahwa aku telah membidiknya dengan tepat dan memeriksa hewan apa yang ku bidik. Namun, air mataku langsung memenuhi wajah ketika aku melihat apa yang ku bidik.
Aku pulang ke rumah dengan perasaan sangat bersalah dan frustasi. Aku memandanginya dan tiba-tiba perutku merasa lapar. Aku tak punya pilihan lain, kini aku memegang daging dari hasil bidikanku tadi dengan seluruh tubuh yang gemetar dan berlinang air mata.
“Tidak… Aku tak bisa memakan ini…”
Aku pun mengambil senapan dan membidik diriku sendiri. Kata terakhir yang bisa ku ucapkan hanyalah,
“Maafkan aku, Ibu…”
By: Kayla Putry
Sumber: Bubupedia